DestinasiaNews – Kita abai terhadap apa yang sudah tersimpul dalam Commandents Buyut Kasundaan:
Gunung Kaian
Gawir Awian
Cinyusu Rumateun
Sempalan Kebonan
Pasir Talunan
Datar Sawahan
Lebak Caian
Legok Balongan
Situ Pulasareun
Lembur Uruseun
Walungan Rawateun
Basisir Jagaeun.
Begitu amanatnya dan beginilah dampak abainya…..
Bantaran sungai Citarum sudah semakin padat dengan penghuni dan pelaku industri yang mempunyai kesadaran lingkungan berbeda-beda. Pembangunan terus berkembang yang memakan banyak badan Sungai Citarum. Muncul kekhawatiran bahwa pemahaman masyarakat tentang keberadaan sungai ini kurang baik, yang tanpa disadari menganggap bahwa Sungai Citarum tidak perlu ditolong karena dia akan menjaga dirinya sendiri. Perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas keberlanjutan Sungai Citarum sampai hari ini masih terjadi. Terlebih dimasa pandemik sekarang Ini.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau yang terdiri dari 193 juta ha daratan dan 500 juta ha lautan, dengan segala kekayaan alam dan sumber daya manusia yang dimiliki merupakan negara yang berpotensi besar dan sangat penting di kawasan Asia pada khususnya dan Dunia pada umumnya, menguasai 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil & amphibi, 17% burung dan lebih dari 25% ikan di dunia. Apalagi bila dilihat melalui kenyataan secara faktual kekayaan hutan Indonesia merupakan Hutan Tropis Terbesar kedua di dunia setelah negara Brazil, di samping itu hutan Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, yang berfungsi sebagai filter dalam mengurangi pemanasan global secara signifikan.
Semakin hari hutan kita pun semakin gundul karena derasnya laju deforestasi (kerusakan hutan). Perlu disadari bahwa kerusakan hutan Indonesia melebihi angka setengah juta hektar setiap tahunnya dan menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga dalam deforestasi hutan. Penyebabnya tentu sangat banyak, salah satunya adalah kekurangpahaman sebagian masyarakat kita terhadap pentingnya hutan bagi kehidupan di antaranya :
Hutan sebagai Paru-Paru Dunia
Mengurangi Polusi dan Pencemaran Udara
Tempat Penyimpanan Air dalam jumlah besar
Mencegah berbagai Bencana Alam
Hutan sebagai Sumber Plasma Nutfah
Tempat Rekreasi dan Kegiatan Sosial
Hutan sebagai Sumber Ekonomi Negara
Air merupakan salah satu sumber kehidupan dimuka bumi ini. Tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan bisa bertahan. Dari jumlahnya yang melimpah hanya lima persen saja yang dapat diminum dan sisanya adalah air laut. Kencendrungan yang terjadi disaat ini, air bersih di dunia ini semakin hari semakin berkurang sementara kebutuhan air bersih semakin hari semakin meningkat.
Selain itu banyak juga faktor kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan sebagai penyebab kurangnya ketersediaan air bersih. Kerusakan lingkungan yang menyebabkan kurangannya pasokan air bersih masih juga terjadi seperti pembuangan sampah sembarangan, abrasi pantai, penebangan pohon dan masih banyak contoh kerusakan lingkungan lainnya.
Penyebab terjadinya kerusakan lingkungan itu tidak lain dari perilaku manusia. Manusia sendiri yang merusak lingkungan sekitarnya. Diperkirakan 60 % sungai yang ada di Indonesia tercemar oleh limbah-limbah yang dibuang oleh manusia. Penebangan pohon juga menyebabkan kurangnya pasokan air bersih karena zona resapan air pun jadi berkurang. Wahéy, manusa! Dtn/ar.-
Cisanti menanti, kita Peringati Hari Air, Hari Kehutanan dan Hari Meteorologi Sedunia 22 Maret 2021 di Kilometer Nol Sungai Citarum.
Ilustrasi: Publikasi Tribun Jabar, Lip6, Tirta Baghasasi