destinasiaNews – Gelaran Gotra Sawala atau diskusi intensif yang diselengarakan oleh Mang Dadang ‘Utun’ dan kawan-kawan selaku pegiat, pelestari dan pengembag budaya Sunda, yang berlangsung di Hotel Sutan Raja, Soreang Kabupaten Bandung (29/8/2019), secara penyelenggaraan berlangsung sukses.
“Terpenting kita diingatkan kembali harus lebih intesif dan serius, memelihara dan mengembangkan budaya bangsa Sunda. Ya, ini semata meningkatkan rasa bangsa sebagai bangsa di Jabar pada umumnya, tentu dalam konteks memperkuat dan memperkaya persatuan bangsa Indonesia,” kata Mang Dadang ‘Utun’ yang hari itu dalam gotra sawala ini berperan sebagai moderator.
Hadir dalam gotra sawala yang dihadri para pembicara tokoh Sunda, antara lain: Eka Santosa, Duta Sawala (Sekjen) BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jabar; Robby Maulana Z, Ketua Umum Paguyuban Sundawani Wirabuana; budayawan Asep mandala atau Kang BS; serta Aiptu Asep Setiawan selaku perwakilan dari Sat. Binmas Polres Bandung.
Jalannya diskusi yang hangat, dianggap cukup mendalam menurut audiens yang datang dari pelosok Jawa Barat, Eka Santosa selaku mantan anggota DPR RI di Komisi II dan III (2004 – 2009) dan Ketua DPDR Jabar (2000 – 2004), kembali menyinggung eksistensi Perda No. 6 Tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang akhirnya digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
“Ini kesempatan baik, pada era kepemimpinan Kang Emil (Ridwan Kamil), baru-baru ini saya telah berdiskusi dengannya cukup mendalam, kandungan Perda pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah akan lebih diperhatikan lagi. Mari kita cermati, dan perkaya dengan sejumlah kajian dari kita-kita para pemelihara dan pengembang budaya Sunda,” jelas Eka yang sontak mengundang hadirin untuk mendiskusikan visi dan misi perda ini.
Tak ketinggalan Eka dalam kesempatan ini mengupas konteks pentingnya menjaga dan mengembangkan lingkungan secara fisik dan non fisik. Begitu pun ia memaparkan keprihatinan, berupa jomplangnya ketidakseimbangan antara alam dan para penghuninya.
“Tak heran provinsi yang sedikitnya dihuni 50 juta jiwa, dari setiap musim selalu memunculkan aneka bencana, mulai longsor,banjir, dan kerusakan lingkungan terutama hutan, sungai, dan laut yang semuanya tergerus polusi atau menjadi rawan bencana. Semua ini meprihatinkan kita…”
Seia Sekata – Tingkatkan Budaya Kita
Sejaan dengan tema Gotra Sawala yakni memperkuat Benteng Budaya Bangsa, semua sepakat kualitas generasi muda saat ini harus diperkuat dengan sejumlah pemahaman tentang pentingnya mempertahankan dan mengembangkan jati diri bangsa. “Meningkatnya kasus narkotika, serta merebaknya hoaks sebagai perusak persatuan dan peretas mental bangsa, harus kita tangkal dengan memperkuat akar budaya bangsa,” papar Robby Maulana yang diamini Aiptu Asep Setiawan.
“Mari kita rapatkan lagi dan gali budaya Sunda yang kaya dengan kearifan lokal yang sejak jaman nenek moyang kita, dikenal ampuh sebagai pewarisan nilai-nilai luhur kita,” tambah Mang Dadaan ‘Utun” yang sedari awal banyak memantik kesadaran diri bagi warga Sunda, khususnya:
”Bukan tanpa makna, kita disarankan memakai atau kembali menggunakan kalender Sunda 1953 Saka Sunda. Ini semata menunjukkan kepada dunia, kita telah memiliki peradaban tinggi sejak dahulu kala. Hal yang baik ini, mengapa harus kita tinggalkan?”
Disepakati pada akhir penyelengaraan gotra sawala ini akan dilanjutkan pada sesi berikutnya di Alam Santosa, Pasir Impun, Kabupaten Bandung:
”Soal kapan waktunya, akan kami umumkan segera,” kata Mang Dadang “Utun’ sambil menambahkan – “Pada gotra sawala mendatang pak Gubernur Jabar (Ridwan Kamil) dan kepala dinas terkait, serta tokoh-tokoh nasional akan kita undang untuk memperkaya materi gempugannya.” (HS/dtn)