DestinasiaNews – Bandung. Rooftop. Begitulah istilah kata yang dikenal dewasa ini. Cara tatanén urban farming ini merupakan salah satu upaya merekayasa lahan tani di perkotaan yang- apa boleh buat- memang semakin sempit . Di Kota Bandung. langkah ini dimarakkan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian melalui program unggulannya yang cinamai Buruan SAE. Seperti yang dikembangkan oleh sekelompok anggota Karang Taruna Kelurahan Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Mereka adalah Hendriana Pirmansyah, Yogi Firdaus, Restu Ginanjar, Shohan Rizky, Reyhan Engko, Reyhan Ibnu, Lukman dan Akbar.
Program tatanén di lokasi tersebut diawali tahun 2016 sebagai bagian dari program Bandung Berkebun waktu itu . Mereka mengembangkan cara tanam roof top dengan memanfaatkan atap kantor Kelurahan Sukawarna di Jalan Lemahneundeut Kota Bandung dan diperkenankan oleh lurahnya kala itu, Ajat Sudrajat. “Awalnya sih kami menanam sayuran seperti bawang daun dan sejensnya, “ tutur Hendri se bagai founder program Karang Taruna lokalan di kelurahan tersebut. Namun, seiring perkembangan waktu jenis tanaman yang dikembangkannya bertambah, disesuaikan dengan nilai jual hasil taninya dan juga kendala yang harus dihadapi kala itu berkenaan dengan harga jual yang rupanya sangat dipengaruhi pasar, sehingga sering kali nilai jual hasil panennya tidak seimbang dengan upaya yang harus dilakukan. Mulailah Hendri dan kawan-kawannya mengembangkan tanaman herbal, tanaman, obat serta buah-buahan. Kini di rooftop yang dikelolanya terdapat tanaman produktif seperti buah tin, anggur, stroberi, rosemari dan juga berjenis-jenis mint, sedikitnya terdapat 14 jenis mint yang tengah dikembangkannya. “Tanaman mint ini sedang banyak diminati masyarakat, ” ungkap Hendri. Rupanya Hendri dan kawan-kawan juga bisa menjadi teman diskusi tentang pengembangan urban farming di Kota Bandung. Bahkan tak jarang pula mereka melakukan sosialisasi dan edukasi ke sekolah-sekolah berkenaan dengan upaya menumbuhkan minat bercocok tanam di lahan perkotaan.
Di lokasi lahan rooftop mereka pun sering dikunjungi peminat urban farming dari berbagai daerah. Para pengunjungnya tidak saja mau membeli bibit tanaman atau hasil tani, tapi juga berdiskusi tentang pemeliharaan tanaman, termasuk kosultasi membuat sendiri pupuk dengan memanfaatkan limbah atau sampah domestik, selaras dengan upaya memilah sampah mulai dari rumah. Mengasyikkan. Dtn/@adiraksa.